Kesehatan

Keikutsertaan PMI mencegah Pandemi Flu Burung 
Kampanye menghadapi Pandemi Flu Burung Sejak virus flu burung tipe H5N1 menyerang manusia tahun 1997 di Hong Kong, penyebaran virus begitu cepat dan korban pun berjatuhan. Data per 1 November 2005 menunjukkanIndonesia berada di urutan kedua setelah Vietnam sebagai negara yang memiliki jumlah terbesar pasien yang diduga terinfeksi flu burung di dunia. Sebagai organisasi kemanusiaan yang peduli terhadap kesehatan masyarakat, PMI turut serta membantu Pemerintah menanggulangi flu burung. Lima hari setelah flu burung dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia, pada 24 September 2005, Ketua Umum PMI mencanangkan keikutsertaan PMI dengan melancarkan strategi public awareness, strategi pencegahan penularan oleh unggas, dan membantu dalam strategi surveillance.

Strategi PMI
1. Public awareness
Peningkatan penyadaran masyarakat menggunakan metode KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan menyebarkan leaflet, kunjungan door to door, dan membuat dialog interaktif untuk masyarakat yang dilakukan oleh relawan PMI. Beberapa kelompok sasaran kampanye: peternak sektor 4 (keluarga yang memelihara unggas di rumah), ibu rumah tangga dan anak-anak, serta tempat layanan umum dengan tingkat sanitasi minim (seperti terminal atau pasar tradisional). Aktivitas utama dari kampanye ini adalah pembentukan satgas di Daerah dan Cabang, termasuk pelatihan bagi relawan, hingga penyuluhan ke kelompok sasaran. Kegiatan tersebut sudah dijalankan di 12 provinsi, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat (khususnya Jabodetabek), Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Lampung, Jambi, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.

2.  Bio security
Penyemprotan desinfektan Virkon di kandang unggas untuk mencegah penularan virus dari unggas ke unggas. Kegiatan sudah dilakukan di Jabodetabek dan Sulawesi Selatan, tanpa menutup kemungkinan akan dilakukan juga di daerah lain.

3. Kegiatan surveillance berbasis masyarakat
Langkah antisipatif menyebarnya flu burung dilakukan dengan membantu memantau perkembangan penyebaran virus. Jika mengetahui terjadinya kematian unggas yang mencurigakan, relawan PMI akan melaporkannya kepada Dinas terkait untuk koordinasi tindakan selanjutnya. Aktivitas dari langkah ini mencakup pelatihan untuk relawan desa, koordinator kecamatan, koordinasi dengan PDS/PDR di lapangan, dan penyusunan Rencana Tanggap Darurat Flu Burung untuk tingkat desa.


Air dan Sanitasi untuk Masyarakat Rentan 
Sesuai dengan kebijakan Palang Merah indonesia 1999-2004 dan merujuk pada Stragegy IFRC 2010, bahwa program kesehatan PMI Membantu masyarakat kelompok rentan untuk mempromosikan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kebersihan diri dan fasilitas air bersih dan sanitasi; menjadikannya sebagai program terpadu dengan pemberdayaan masyarakat di bidang pertolongan pertama, penanganan bencana, dan pengembangan program “watsan” untuk masyarakat kelompok rentan yang mengalami kesulitan akses air bersih dan masyarakat di tempat pengungsian karena bencana atau konflik.
Sejak tahun 1999 PMI telah berpengalaman mengembangkan program air dan sanitasi sebagai bagian dari program Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (PPBM). Pada tahun 2002, untuk mengoptimalisasi  pemberdayaan masyarakat, PMI telah mengadopsi pendekatan  Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST).




Pada tahun 2005, selama operasi tsunami, PMI mendapat kesempatan untuk mengoperasikan ERU WatSan  dari berbagai perhimpunan nasional, seperti; PM Spanyol, PM Perancis, PM Jerman, PM Austria, dan PM Macedonia. Setelah operasi tsunami selesai, kebanyakan peralatan ERU WatSan tersebut diserahterimakan kepada PMI, Bahkan peran serta PMI di bidang air dan sanitasi bertambah. PMI melakukan  restrukturisasi organisasinya pada bulan Maret 2006 dan Sub Divisi WatSan telah dibentuk.
Aksi nyata yang dilakukan, pada tahun 2001 PMI telah mengembangankan program PPBM-PHAST dimulai di Tarakan Kalimantan Timur untuk masayarakat pantai yang kesulitan air bersih dan sanitasi dengan hasil yang cukup memuaskan. Kesuksesan ini PMI melanjutkan dalam mengembangkan didaerah lainnya seperti ; Indaramayu, Singkawang, Muara Enim, Cirebon, Blora, Bantul, Bau-Bau, Gorontalo (kota & kabupaten), Boalemo, bandar lampung, bengkulu selatan, Ogan komering ilir, jambi, pekan baru, serang, cianjur, kota ambon, maluku tengah, NTT, sejumlah kabupaten di Aceh , dan sejumlah kabupaten di Sumut (pasca bencana gempa dan tsunami 2004).
Untuk yang sedang berjalan sampai tahun 2009, PMI sedang mengembangkan program di wilayah Jakarta Selatan, Pasuaruan, Paser (Kaltim), Pohuwato dan Bonebolango(Gorontalo, Bangka, Pangkal Pinang, Aceh Barat, Serang, dan Indramayu. (Fajar)